Sebuah sistem pertahanan Suriah menembakkan misil mencegat rudal-rudal yang ditembakkan Amerika Serikat dan Sekutu saat menyerang ibukota Damaskus. (Foto: presstv.com) |
“Trump menghancurkan institusi ini, yang tidak memiliki koneksi untuk memproduksi senjata apa pun. Ini adalah kebohongan perang tentang senjata kimia yang diciptakan Trump. Pusat Sains dan Penelitian yang memberikan pengetahuan kepada mahasiswa Suriah terbaik setiap tahun menjadi sasaran,"DAMASKUS --- Aksi Amerika Serikat (AS) dan sejumlah negara sekutunya seperti Inggris dan Prancis yang menyerang Suriah secara tiba-tiba, mendapat perlawanan keras dari Suriah. Berniat ingin menunjukkan 'otot' dan 'taringnya' kepada dunia, AS dan sekutu justru mendapat cemoohan bukan hanya di dalam negeri mereka masing-masing, tapi justru oleh Suriah dan Rusia.
Pertahanan anti pesawat Suriah menembak jatuh rudal yang ditembakkan ke pangkalan udara Suriah Shayrat, Homs, dan pangkalan lain di timur laut Ibu Kota Damaskus. Televisi Suriah memperlihatkan gambar-gambar sebuah rudal yang ditembakkan di atas pangkalan udara.
Dilansir dari Reuters, Selasa (17/4/2018), Serangan ini hanya beberapa saat setelah serangan AS dan Sekutu terhadap sejumlah sasaran di Suriah, sebagai pembalasan atas dugaan serangan bahan kimia di kota Douma di pinggiran Damaskus.
Televisi pemerintah tidak menyebutkan jumlah rudal yang ditembakkan ke bandara militer Dumair, timur laut Damaskus tersebut, namun media Hezbollah melaporkan sembilan serangan rudal Sekutu telah dicegat oleh sistem pertahanan udara Suriah.
Menurut sumber oposisi Suriah, pangkalan udara Dumair adalah pangkalan utama pasukan pemerintah untuk menyerang daerah kantong pemberontak di pinggiran Damaskus. Sedangkan Pangkalan udara Shayrat pernah menjadi target serangan rudal jelajah AS tahun lalu.
Menurut AS, serangan itu sebagai balasan atas serangan kimia yang menewaskan sedikitnya 70 orang, termasuk anak-anak, di kota Khan-Khaniqun yang dikuasai pemberontak.
Sebuah gambar yang disiarkan oleh Angkatan Laut AS, menunjukkan kapal perang penjelajah USS Monterey (CG 61), menembakkan rudal Tomahawk, dari lepas pantai Suriah. (Foto: PTI) |
"Tidak ada kegiatan militer AS di daerah itu pada saat ini. Kami tidak memiliki detail tambahan untuk diberikan," kata Eric Pahond, seorang juru bicara Pentagon, Selasa (17/4).
Walau diperkuat hasil laporan Rusia, bahwa Zionis ada di belakang penyerangan pangkalan udara T-4 di Homs, Israel tetap tidak mengakuinya dan melalui seorang juru bicara militer mengatakan: "Kami tidak berkomentar tentang laporan seperti itu."
Suriah 'Meledek' Serangan AS dan Sekutu
Terkait aksi 'koboy' AS dan Sekutu terhadap Suriah, Penasihat politik Presiden Bashar al-Assad, Bouthaina Shaaban memuji sistem pertahanan udara Suriah. Pasalnya, sebagian besar rudal yang ditembakkan AS dan sekutunya pada akhir pekan lalu berhasil dicegat oleh sistem pertahanan udara Suriah.
"Pecahnya agresi jahat mereka adalah awal dari lenyapnya kekaisaran mereka, yang akan digantikan oleh kekuatan baru yang menghormati kemanusiaan, kedaulatan dan keamanan masyarakat," katanya seperti dilansir dari Press TV, Selasa (17/4/2018).
Perempuan berusia 65 tahun itu juga meledek tweet Trump sebelum serangan, yang memperingatkan Suriah dan sekutunya untuk bersiap-siap menghadapi serangan misil. Donald Trump menyebut bahwa misil-misil yang diluncurkan akan menghindari pertahanan udara Suriah karena mempunyai kualitas yang "baik dan baru serta cerdas."
Rudal sistem pertahanan Suriah mencegat serangan Rudal AS dan Sekutu di atas langit kota Damaskus. (Foto: AP) |
Shaaban menjelaskan, Serangan AS, Sekutu dan Israel alih-alih membuat Rakyat Suriah ketakutan dan mencari tempat perlindungan, justru malah kembali membangkitkan semangat juang dan persatuan Suriah. Kini warga Suriah malah keluar dari bunker-bunker perlindungan dan siap menyambut serangan Sekutu sampai titik darah penghabisan.
“Alih-alih orang-orang Suriah pergi ke tempat penampungan, mereka pergi ke atap untuk menyaksikan pasukan Suriah menembak jatuh sejumlah rudal Trump sebelum mereka dapat mencapai tujuan mereka," cetus Shaaban.
Hizbullah: Serangan AS dan Sekutu Telah Gagal Meneror Suriah
Pemimpin Hizbullah Lebanon, Sayyid Hassan Nasrallah menyebut, serangan Barat terhadap Suriah gagal meneror negara itu. Melalui pidato yang disiarkan televisi dari ibu kota Lebanon di Beirut, Nasrallah menyatakan bahwa serangan ini dimaksudkan untuk menghancurkan tekad bangsa Suriah dan pasukan pemerintah, tetapi serangan itu malah meningkatkan ketahanan dan ketabahan mereka.
Petinggi Hizbulllah menyatakan, AS dan sekutunya tidak dapat mencapai tujuan apapun dari serangan rudal tersebut. "Jika serangan ini ditujukan untuk meningkatkan moral kelompok bersenjata, itu benar-benar membuat mereka frustrasi!" Kata pemimpin Hizbullah itu.
Dia menegaskan bahwa AS, Inggris dan Prancis bergegas untuk meluncurkan serangan rudal terhadap Suriah karena mereka tahu klaim mereka terkait serangan senjata kimia terhadap kota Douma Damaskus, tidak berdasar. "Mereka ingin menyelesaikan skenario sebelum ahli senjata kimia internasional dapat mencapai lokasi yang diduga," kata sekjen Hizbullah.
Menurut Nasrallah, militer AS dan Sekutu melakukan serangannya secara terbatas karena tahu serangan lebih luas bakal memicu pembalasan dari Damaskus, Moskow dan sekutu Suriah lainnya, termasuk dari Hizbullah. Sebab, Hizbullah dan Iran akan tetap menjadi sekutu utama Damaskus dan memenangkan perang Proxy untuk mengembalikan kedaulatan Suriah.
"Militer Amerika Serikat tahu betul bahwa AS bergerak ke arah bentrokan luas dan operasi besar melawan pemerintah dan tentara serta pasukan sekutu di Suriah tak akan ada akhirnya. Setiap bentrokan seperti itu akan mengobarkan semangat seluruh wilayah," kata Nasrallah dalam unjuk rasa di Bekaa, Lebanon.
Seperti diketahui, pada hari Sabtu (14/4), Suriah menjadi sasaran serangan agresi AS, Inggris dan Prancis dan Israel. Serangan yang dilakukan atas perintah Presiden AS, Donald Trump tersebut, menargetkan Pusat Penelitian di Barzeh dan gudang untuk tentara Arab Suriah di Homs.
Barat melakukan agresi dengan alasan untuk menghancurkan senjata Kimia Suriah, dan menuduh Damaskus telah melakukan serangan kimia di kota Douma yang dikuasai militan ISIS dan kubu pemberontak.
Namun tuduhan tak berdasar tersebut langsung dibantah Damaskus, sebab, Suriah telah menyerahkan seluruh persediaan bahan kimianya di bawah kesepakatan yang dinegosiasikan oleh Rusia dan AS pada 2013 lalu. Sedangkan menurut laporan Rusia, justru Inggris yang menjadi dalang dibalik serangan senjata kimia tersebut melalui tangan kubu pemberontak.
Penasihat politik Presiden Bashar al-Assad, Bouthaina Shaaban mengecam tuduhan kepala Pentagon Jim Mattis bahwa instalasi yang terkait dengan produksi senjata kimia telah dibom.
“Trump menghancurkan institusi ini, yang tidak memiliki koneksi untuk memproduksi senjata apa pun. Ini adalah kebohongan perang tentang senjata kimia yang diciptakan Trump. Pusat Sains dan Penelitian yang memberikan pengetahuan kepada mahasiswa Suriah terbaik setiap tahun menjadi sasaran," tegas Shaaban.
Pejabat Suriah tersebut berpendapat, Barat sengaja menghancurkan pusat-pusat penelitian dan riset Suriah, karena ketakutan dan tak ingin Suriah atau negara-negara Arab yang menjadi musuhnya bisa menguasai teknologi tingkat tinggi. AS, Sekutu dan Israel takut jika Suriah mampu mempersenjatai dirinya dengan sains dan pengetahuan tersebut.
“Tanggapan nyata terhadap agresi, pendudukan, dan upaya mereka untuk melikuidasi Palestina dan mempermalukan orang Arab dan pan-Arabisme adalah memiliki lebih banyak ilmu dan pengetahuan, dan untuk mengembangkan kemampuan dan pertahanan udara dan laboratorium kami, dan untuk menghasilkan apa pun yang mengamankan kebutuhan generasi kita,” tukas Shaaban.